Jakarta, KabaPadang – Pasca halving tahun 2024, harga Bitcoin, Ethereum, dan altcoin lainnya menunjukkan pergerakan yang berbeda-beda. Meskipun harga Bitcoin diprediksi akan mengalami lonjakan pasca-halving, nyatanya selama empat bulan terakhir, pergerakan harga masih belum menunjukkan peningkatan signifikan.
Baca juga:
- Pertamina Antisipasi Kemacetan Jalur Distribusi BBM di Idul Adha
- Daftar 5 PO Bus Terkaya di Indonesia, Ada yang Didirikan Eks Kondektur!!
Dalam sejarahnya, pada siklus tahun 2016 dan 2020, Bitcoin cenderung mengalami fase sideways selama sekitar 160 hari setelah halving, sebelum akhirnya mengalami lonjakan harga sekitar 40-50%. Siklus serupa diharapkan terjadi pada tahun 2024, di mana saat ini sudah memasuki hari ke-130 pasca-halving.
Namun, penting untuk diingat bahwa performa masa lalu tidak menjamin hasil yang sama di masa depan. Data menunjukkan bahwa harga Bitcoin turun sekitar 8% dalam empat bulan terakhir, sementara Ethereum turun 14% dan altcoin lainnya turun sekitar 11%.
Ethereum, yang dikenal sebagai “higher beta” dibanding Bitcoin, cenderung memiliki pergerakan harga yang lebih ekstrem, baik saat naik maupun turun. Pada siklus 2016 dan 2020, Ethereum mengalami kenaikan hingga 2000% setahun setelah halving. Namun, data tahun ini menunjukkan penurunan harga sebesar 14% dalam empat bulan terakhir.
Di sisi lain, altcoin, termasuk yang tergolong dalam kategori “total 3,” menunjukkan volatilitas yang lebih tinggi dibandingkan Bitcoin dan Ethereum. Pada siklus sebelumnya, altcoin mengalami kenaikan hingga 1400% setahun setelah halving, namun pada tahun 2024 ini, altcoin justru mengalami penurunan harga sebesar 11%.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Kripto Tahun Ini
Beberapa faktor dapat memengaruhi pergerakan harga kripto pada siklus tahun ini, termasuk kemungkinan persetujuan ETF untuk Ethereum dan altcoin lainnya, serta perubahan sikap calon pemimpin politik Amerika Serikat terhadap kripto. Donald Trump, misalnya, telah menunjukkan sikap pro-kripto dalam upayanya menarik dukungan di pemilu AS, sementara Kamala Harris masih memberikan sinyal campuran terkait regulasi kripto.
Di sisi lain, potensi penurunan suku bunga di AS pada bulan September juga diprediksi akan memengaruhi pasar kripto secara signifikan. CME Watch Tool menunjukkan bahwa probabilitas penurunan suku bunga pada bulan September mendekati 100%.
Baca juga:
- Sejarah dan Fakta Unik Jam Gadang Bukittinggi
- Mengagumkan!! Sasis Bus Tronton Ini Karya Asli Indonesia Lho
Meskipun pasar kripto saat ini masih fluktuatif, beberapa faktor katalis seperti persetujuan ETF dan perubahan kebijakan politik AS dapat memberikan dampak positif jangka panjang. Investor disarankan untuk mempertimbangkan risiko dan tetap memperhatikan perkembangan terbaru sebelum mengambil keputusan investasi, terutama di tengah volatilitas pasar kripto yang tinggi. Apakah sejarah akan terulang, atau siklus 2024 akan menghadirkan kejutan baru bagi para investor kripto? Hanya waktu yang dapat menjawabnya. [isr]
Baca juga berita lainnya Kabapedia Network di Kabapedia.com